Lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi non profit yang didalamnya terdiri dari beberapa macam komponen, Salah satu komponen yang paling penting adalah tenaga pendidik selaku Sumber Daya Manusia (SDM) dan kepala sekolah selaku manajer SDM.
Sedangkan tujuan yang akan dicapai organisasi ini adalah keberhasilan dalam mendidik semua pelajar yang ada dilingkungan sekolah tersebut. Keberhasilan tujuan suatu organisasi tak lepas dari pengelolaan dan pengendalian SDM yang ada di organisasi tersebut.
Dalam era globalisasi dan pasar bebas yang telah diberlakukan diseluruh dunia pada umumnya dan di negara kita khususnya, peran dan kualitas SDM akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kejayaan suatu negara. Mutu dan kualitas SDM sangat ditentukan oleh hasil pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi latar belakang pendidikan dan pelatihan yang didapat, maka akan semakin tinggi pula mutu dan kualitas yang dimilikinya.
Pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu tahapan pendidikan dan pelatihan yang harus dilalui oleh seorang calon SDM. Tahapan ini menurut penulis merupakan tahapan yang paling penting, karena pada tahapan ini perilaku dan bakat seorang calon SDM mulai terbentuk. Jika penanganan pada tahap ini tidak benar, maka untuk mencapai tahapan selanjutnya akan mengalami kesulitan.
Keunikan sumber daya manuasia dibandingkan dengan sumebr daya yang lain adalah bahwa manusia dilihat dari sudut pandang produktivitas tidaklah cukup apabila hanya dilihat dari tingkat intelegensi, tingkat ketrampilan, dan status baik status sosial maupun status ekonomi. Paling tidak ada faktor-faktor lain yang perlu dikaji dan dicermati dalam kaitannya dengan ukuran produktivitas sumber daya manusia.
Nitesemito(1991) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positip antara produktivitas kerja dengan semangat kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah lingkungan kerja, kedisiplinan, kesejahteraan, penghasilan, serta jaminan sosial. Sementara itu Sajudinnor (1990) menemukan bahwa faktor yang pengaruhnya paling signifikan terhadap produktivitas kerja adalah faktor motivasi, kemudian disusul dengan faktor insentif.
Disinilah muncul arti pentingnya peran kepemimpinan (manajerial), sebagaimana ditegaskan oleh Devis dan Newston (1990 : 152) yang mengungkapkan bahwa tanpa pemimpin, suatu organisasi hanya merupakan kegalauan orang-orang dan mesin saja. Pemimpin (manajer) mempunyai tugas untuk mengatur dan menggeraka sejumlah orang-orang yang mempunyai sikap, tingkah laku dan latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda.
Fungsi pemimpin dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan perusahaan adalah sangat rumit. Hal ini menurut Siagian dan Manila (1996:2) disebabkan oleh semakin banyaknya orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tugas-tugas perusahaan (organisasi) pemimpin juga diharapkan harus mampu mempengaruhi (motivasi) atas kompetensi-kompetensi individu-individu dalam kelompok (Gibson et, al., 1991 : 364).
Disiplin kerja merupakan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara tertib oleh anggota organisasi dalam ketaatan melaksanakan peraturan secara sukarela, untuk mencapai tujuan, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sebuah proses bahkan sebagai faktor penentu yang sangat dominan dalam upaya pencapaian tujuan suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Oleh karena itu penanaman dan penumbuhan sikap disiplin kepada setiap insan pegawai mutlak diperlukan, sehingga tersedia sumber daya pegawai yang semakin berkwalitas, berdaya saing tinggi dan mampu menghadapi era globalisasi.
Begitu pentingnya disiplin kerja bagi setiap instansi di lingkungan pemerintah maupun swasta, maka pimpinan harus dapat memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat menjalankan segala aturan yang diberlakukan.
Atasan harus bisa memberikan pengawasan seoptimal mungkin agar penerapan disiplin dapat berjalan dengan baik, karena bila atasan kurang memberikan pengawasan terlebih-lebih bertindak kurang disiplin, maka dikawatirkan akan berdampak negatif pada bawahannya. Disiplin dapat diukur dari: datang tepat waktu, bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan pulang tepat waktu
Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dalam bentuk peningkatan produktivitas kerja, disiplin yang baik memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis dalam membangun kebanggaan kelompok. Penerapan peraturan yang adil sebagai dasar untuk perlindungan baik individu maupun kelompok, karena tanpa peraturan yang jelas dapat dipastikan kerjasama dalam organisasi akan kacau.
Sedangkan tujuan yang akan dicapai organisasi ini adalah keberhasilan dalam mendidik semua pelajar yang ada dilingkungan sekolah tersebut. Keberhasilan tujuan suatu organisasi tak lepas dari pengelolaan dan pengendalian SDM yang ada di organisasi tersebut.
Dalam era globalisasi dan pasar bebas yang telah diberlakukan diseluruh dunia pada umumnya dan di negara kita khususnya, peran dan kualitas SDM akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kejayaan suatu negara. Mutu dan kualitas SDM sangat ditentukan oleh hasil pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi latar belakang pendidikan dan pelatihan yang didapat, maka akan semakin tinggi pula mutu dan kualitas yang dimilikinya.
Pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu tahapan pendidikan dan pelatihan yang harus dilalui oleh seorang calon SDM. Tahapan ini menurut penulis merupakan tahapan yang paling penting, karena pada tahapan ini perilaku dan bakat seorang calon SDM mulai terbentuk. Jika penanganan pada tahap ini tidak benar, maka untuk mencapai tahapan selanjutnya akan mengalami kesulitan.
Keunikan sumber daya manuasia dibandingkan dengan sumebr daya yang lain adalah bahwa manusia dilihat dari sudut pandang produktivitas tidaklah cukup apabila hanya dilihat dari tingkat intelegensi, tingkat ketrampilan, dan status baik status sosial maupun status ekonomi. Paling tidak ada faktor-faktor lain yang perlu dikaji dan dicermati dalam kaitannya dengan ukuran produktivitas sumber daya manusia.
Nitesemito(1991) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positip antara produktivitas kerja dengan semangat kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah lingkungan kerja, kedisiplinan, kesejahteraan, penghasilan, serta jaminan sosial. Sementara itu Sajudinnor (1990) menemukan bahwa faktor yang pengaruhnya paling signifikan terhadap produktivitas kerja adalah faktor motivasi, kemudian disusul dengan faktor insentif.
Disinilah muncul arti pentingnya peran kepemimpinan (manajerial), sebagaimana ditegaskan oleh Devis dan Newston (1990 : 152) yang mengungkapkan bahwa tanpa pemimpin, suatu organisasi hanya merupakan kegalauan orang-orang dan mesin saja. Pemimpin (manajer) mempunyai tugas untuk mengatur dan menggeraka sejumlah orang-orang yang mempunyai sikap, tingkah laku dan latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda.
Fungsi pemimpin dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan perusahaan adalah sangat rumit. Hal ini menurut Siagian dan Manila (1996:2) disebabkan oleh semakin banyaknya orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tugas-tugas perusahaan (organisasi) pemimpin juga diharapkan harus mampu mempengaruhi (motivasi) atas kompetensi-kompetensi individu-individu dalam kelompok (Gibson et, al., 1991 : 364).
Disiplin kerja merupakan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara tertib oleh anggota organisasi dalam ketaatan melaksanakan peraturan secara sukarela, untuk mencapai tujuan, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sebuah proses bahkan sebagai faktor penentu yang sangat dominan dalam upaya pencapaian tujuan suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Oleh karena itu penanaman dan penumbuhan sikap disiplin kepada setiap insan pegawai mutlak diperlukan, sehingga tersedia sumber daya pegawai yang semakin berkwalitas, berdaya saing tinggi dan mampu menghadapi era globalisasi.
Begitu pentingnya disiplin kerja bagi setiap instansi di lingkungan pemerintah maupun swasta, maka pimpinan harus dapat memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat menjalankan segala aturan yang diberlakukan.
Atasan harus bisa memberikan pengawasan seoptimal mungkin agar penerapan disiplin dapat berjalan dengan baik, karena bila atasan kurang memberikan pengawasan terlebih-lebih bertindak kurang disiplin, maka dikawatirkan akan berdampak negatif pada bawahannya. Disiplin dapat diukur dari: datang tepat waktu, bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan pulang tepat waktu
Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dalam bentuk peningkatan produktivitas kerja, disiplin yang baik memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis dalam membangun kebanggaan kelompok. Penerapan peraturan yang adil sebagai dasar untuk perlindungan baik individu maupun kelompok, karena tanpa peraturan yang jelas dapat dipastikan kerjasama dalam organisasi akan kacau.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar