Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Permainan Cipta Lagu Dalam Pembelajaran Seni Budaya Di Smp Nasima Semarang (P-120)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembelajaran seni budaya mengembangkan semua bentuk aktifitas cita rasa keindahan yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam bahasa, rupa, bunyi, gerak, tutur dan peran. Sedangkan tujuan pendidikan seni untuk mengembangkan sikap toleransi, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan ketrampilan dan menerapkan teknologi dalam berkarya dan menampilkan karya seni rupa, seni musik, tari dan peran, dan menanamkan pemahaman tentang dasar-dasar dalam berkesenian (Sujadmiko,2004:26 )

Seiring dengan program KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama untuk memenuhi kebutuhan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo,
2003:5). Berkaitan dengan KTSP tersebut sekolah perlu mencari program- program yang sesuai di lembaganya, dan guru punya wewenang yang penuh untuk pengembangan dirinya termasuk SDMnya.

Perbedaan Hasil Belajar Antara Pendekatan Kontekstual Dengan Konvensional Pada Sub Konsep Keanekaragaman Hewan Di Kelas Vii Smp Negeri I Sragen Tahun Ajaran 2005/2006 (P-119)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa akan datang. Pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan dan suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju ke arah kedewasaan. Proses pembelajaran di lingkungan sekolah (pendidikan formal) melibatkan berbagai komponen. Jika salah satu komponen tidak terpenuhi maka proses pembelajaran kurang berhasil. 

Dalam proses pembelajaran biologi melibatkan banyak unsur yang saling berikatan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes dan lingkungan. Guru dan siswa merupakan subjek pendidikan yang sangat menentukan dalam konteks pengembangan di sekolah. Sebaik apapun kurikulum, jika motivasi guru dan siswa kurang memadai maka proses pembelajaran seperti yang diharapkan tidak akan terjadi.

Pendugaan Hubungan Antara Kurang Gizi Pada Balita Dengan Kurang Energi Protein Ringan Dan Sedang Di Wilayah Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2005 (P-118)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara sedang berkembang adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia zat Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA). Penyakit kekurangan gizi banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan, yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kurang gizi dan juga kekurangan zat makanan (Syahmien Moehji, 2003:7). Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktor-faktor lain menentukan kebutuhan masing-masing orang akan zat gizi. Anak balita (bawah lima tahun) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering dan sangat rawan menderita akibat kekurangan gizi yaitu KEP.

Kesiapan Guru Fisika Smp Dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2006/2007 (P-117)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perwujudan masyarakat yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidik yang sekaligus juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Tanggung jawab terfokus pada upaya mempersiapkan peserta didik yang mempunyai keunggulan, kreatifitas, mandiri, dan professional dalam bidangnya masing- masing. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan ini terus menerus dilakukan oleh pemerintah guna memenuhi tanggung jawab tersebut.


Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kurikulum. Seperti yang telah dilakukan pemerintah saat ini yaitu memperbaiki Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya kurikulum ditentukan oleh guru (tenaga kependidikan). Guru turut serta menyusun kurikulum, duduk dalam suatu panitia pengembang kurikulum, atau memberikan masukan kepada panitia pengembang kurikulum (Hamalik, 2005: 64).

Survei Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Kelas Xi Dalam Mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 (P-116)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, mata pelajaran jasmani beberapa kali berganti nama. Nama terakhir adalah Pendidikan Jasmani tanpa ditambah kesehatan. Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan perhatian terhadap kesehatan siswa. Kesehatan siswa tetap menjadi perhatian utama, tetapi kesehatan siswa merupakan dampak dari pendidikan jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk tujuan pembelajarannya. (Depdikbud, 2003:2).
 
Melalui pendidikan jasmani diharapkan kesehatan siswa tetap terjaga. Seorang siswa yang mempunyai tingkat kesehatan jasmani yang baik akan dengan mudah melakukan aktivitas belajar dengan lancar. Dengan demikian motivasi mengikuti pelajaran akan meningkat karena jasmani yang baik.
Sedangkan motivasi itu sendiri menurut Oemar Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
 
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik,2005:108).

Pengaruh Modal Kerja Dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pada Industri Kecil Pengrajin Genting Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan (P-115)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai usaha meningkatkan pendapatan individu pada umumnya dan masyarakat daerah Wirosari pada khususnya, penduduk di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah berusaha menciptakan lapangan kerja sendiri, yaitu dengan mendirikan industri kecil genting. Keberadaan industri kecil genting tersebut merupakan salah satu potensi yang memiliki peran yang strategis didalam memajukan roda perekonomian suatu bangsa.
 
Dalam kegiatan usahanya sebagian besar penduduk di Desa karangasem Kecamatan Wirosari adalah di sektor pertanian, baik sebagai buruh maupun sebagai petani. Karena hasil di sektor pertanian belum mencukupi kebutuhan hidup dan guna menambah pendapatan, maka mulailah mencari pekerjaan tambahan yaitu pada industri genting. Industri genting tersebut mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan bagi penduduk setempat dan sekitarnya.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Tukang Ojek Di Alun-Alun Ungaran Kabupaten Semarang Bulan Maret Tahun 2007 (P-114)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Transportasi memegang peranan penting dalam akitivitas manusia, baik transportasi udara, laut maupun darat. Kepadatan lalu-lintas alat transportasi berkaitan erat dengan jumlah penduduk dan ketersediaan sarana-prasarana. Lalu lintas dan angkutan jalan raya sebagai bagian dari sistem transportasi menempati posisi vital dan strategis dalam pembangunan nasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam industri otomotif begitu pesat, sehingga laju pertambahan kendaraan juga meningkat dengan cepat yang mengakibatkan transportasi manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain menjadi mudah dan cepat. Dalam kondisi ini persaingan di sektor transportasi menjadi semakin ketat dan untuk memenangkan persaingan diperlukan sumber daya manusia pekerja di sektor transportasi yang sehat dan produktif (Eryus AK.,2001:2).
Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor yang digunakan per satuan waktu pada wilayah tertentu, semakin tinggi pencemaran udara. Pada tahun 2005 jumlah kendaraan bermotor di Jateng sekitar 3,8 juta unit yang terdiri dari sepeda motor mencapai 70 persen, sedangkan mobil 30 persen, bahkan jumlahnya tahun 2006 bakal bertambah lagi (www.kompas.com).

Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Kelas 3 Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK NU MA’ARIF Kudus Tahun Pelajaran 2005/2006 (P-113)

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar belakang masalah
Sekarang ini persaingan antar bangsa akan semakin tajam dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Keberhasilan suatu bangsa akan ditentukan seberapa besar kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh mutu pendidikan sebagai pemasok sumber daya manusia. Dunia pendidikan akan memegang peranan yang strategis dan menentukan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa yang akan datang. 

Kegiatan pendididikan hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang sesuai dengan adanya manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan dalam rangka memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk hidup secara mandiri dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai operasional pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur, kurikulum, maupun komponen pokok kegiatan yang lain. Di sini tampak ada korelasi antara sistem pendidikan dengan tingkat kemajuan dan peradaban suatu bangsa.

Motivation Of The Main Character’s Survival In O’henry’s ‘Soapy’s Choice’ (P-112)

CHAPTER I 
INTRODUCTION 

1.1 Backgrounds of the Study 
Why does somebody do something? Why do people go to work? Why do we go to college? There are many reasons why we do such things. Somebody does something because he/she wants something to be done, reached, and else. People go to work because they want to earn money, to spend their times, to increase their societal status, and else. We go to school because we need knowledge, or maybe we just want to do our obligation to fulfill our education status. 

The reasons here can be said as goals. All of those examples make us learn that there must be something drives them to do something besides the goals we have said above, it is a motivation. For more details about motivation, we can do one thing that is asking any person who is successful in whatever he or she is doing, what motivate him/her, and very likely, the answer will be ‘goals’. Goal setting is extremely important to motivation and success. So, what motivate you? Just like what we have talked above, why are you in college? If you are in college because that is what your parents want, you may find it difficult to motivate yourself. 

Love As A Motivation Of Life For The Main Character Reflected In Nathaniel Hawthorne’s “Rappacini’s Daughter” (P-111)

CHAPTER I 
INTRODUCTION


1.1 Background of the Study

Love is more than a feeling. It is also a motivational force that compels us to do an action. The experience of love is unique for every person, and one might use that feeling to measure the success of a relationship. Love is fuelled by a mixture of sexual attraction and gratification, the security of the developing attachment, and excitement due to exploration of human being. The sexual attraction wanes, lead to the conflict and withdrawal. Lovers can find themselves securely attached and caring deeply about each other or experiencing some forms of distress, boredom, loneliness or hostility and yearning for a more satisfying relationship.

"I love you" with a feeling is essential. The ability to express those words in a nonsexual context to men, women and children is a good indicator of emotional health. To be able to love men, women and children is part of being healthy adults. Love is a passionate spiritual-emotional-sexual attachment between a man and a woman that reflects a high regard for the value of each other’s person. It is a way not only to feel the extraordinary joy but also to experience self-discovery.

Social Conflicts Between Upper Class And Lower Class As A Result Of Industrialization Found In Jack London’s Short Story “South Of The Slot” (P-110)

CHAPTER I
INTRODUCTION

1.1 Background of the Study

People live in a society. They interact each other and actually cannot live alone without their neighbors. Society is very complex because there are many people with different background. James Mc Knee in Introduction in Sociology (1969:124) defines people in social group are conscious of belonging together in common membership, and a group possesion some mechanism to determine who belongs and who doesnot. Talking about modern society means talking about the history of class struggles. Karl Marx looked upon society as composed of the haves and havenots, oppressor and oppressed. Karl Marx in Communist Manifesto assumes:

The history of all hitherto existing society is the history of class struggles. Freeman and slaves, patrician and plebeian, lord and serf, guildmaster and journeyman, in a word, oppressor and oppressed, stood in a constant position to one another, carried on an uninterrupted, now hidden, now open fight, a fight that each time ended, either in an revolutionary reconstruction of society at large, or in the common ruin of the struggling class.(1963:58)

Students’ Errors In Using Simple Present Tense In Writing Descriptive Texts The Case of the Eighth Year Students of SMP N 2 Brebes in the Academic Year of 2006/2007 (P-109)

CHAPTER I
INTRODUCTION


1.1 Background of the Study
English  is  a  language  spoken  by  people  in  English  speaking  countries  or  in international  events among countries around the world. Ramelan (1992:2-3) stated that “English as an international language is used to communicate, to strengthen and to fasten relationship among all countries in the world in all fields, for example: in tourism, business, science  and  technology,  etc.  Considering  the  importance  of English, people from various non-English speaking countries  including Indonesia learn English.” Having proficiency in English, people will be able to face this over- changing world easily. So, it is not surprising if the number of people who are interested in learning English is getting increased from time to time.

In Indonesia,  English  has  been  taught  as  a  foreign  language.  Ramelan (1992; 1)  stated that English has been taught in our country as the first foreign language since the proclamation in Indonesia on the 17th  of August 1945.” It is taught as  a  compulsory subject  in  junior  high  school  and  senior  high  school  and  in universities or institutes for several terms. Even, it has been tried to be taught to the students of some elementary schools.

Peranan Orang Tua Dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak Dalam Keluarga (P-108)

BAB I 
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga  dan dibina, hatiny yang   suc adalapermata   yang   sanga maha harganya Jika dibiasakan pada  kejahatan dan  dibiarkan  seperti dibiarkannya  binatang,  ia akan  celaka  dan  binasa.  Sedangkan memeliharanya  adalah  dengan  upaya pendidikan dan mengajarinya akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami sebagaimana sabda Rasulullah:

Artinya: Telah  menyampaikan  kepada  kami  Adam,  telah  menyampaikan kepada  kami  Abi  Zibin dari  Az-Zuhri  dari  Abi  Salamah  bin Abdirrahman   dar AbHurairah   R. ia   berkata:   Bersabda Rasulullah  SAW:   Setiap  anak  dilahirkan  diatas fitrahnya  maka kedua   orang   tuanyala yang  menjadikanny seorang   Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (Hadis riwayat Bukhari)

Dari hadis ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang. Dalam Al-Qur’an al- Karim surat Luqman ayat 16:

Artinya: (Luqman  berkata)  Hai  anakku,  sesungguhnya  jika  ada  (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau    di    dalam  bumi,   niscay Allah   akan  mendatangkannya (membalasinya)   sesungguhny Allah  Maha   Halus   lagi   Maha Mengetahui. (Luqman : 16)2
Cara Seo Blogger

Kumpulan Tesis dan Skripsi Pendidikan Headline Animator

Anda ingin download daftar judul tesis dan skripsi terbaru dan lengkap silahkan klik download

Like Ya

×