A. Latar Belakang
Masalah pencemaran lingkungan terutama masalah pencemaran air mendapat perhatian yang besar dari pemerintah, karena air merupakan salah satu unsur penting bagi makhluk hidup dan kehidupan. Sejalan dengan meningkatnya industrialisasi, konsentrasi unsur logam berat di dalam perairan juga meningkat, sehingga memungkinkan tercapainya tingkat konsentrasi toksik bagi kehidupan akuatik.
Salah satu logam berat yang terus meningkat konsentrasinya adalah merkuri. Kandungan merkuri di badan air Kali Surabaya, telah mencapai seratus kali lipat dari Baku mutu yang ditetapkan Pemerintah yaitu 0,001 mg/l. Kajian ECOTON mendeteksi adanya peningkatan kandungan merkuri pada tahun 2001 sebesar 0,0011 – 0,0049 mg/l, meningkat pada tahun 2002 menjadi 0,004 – 0,089 mg/l (Anonim, 2004c). Pencemaran merkuri juga terjadi di perairan umum Cakung Dalam, Jakarta Utara. Tahun 2003 kadar merkuri meningkat dari 0,0012 ppm menjadi 0,0079 ppm dan telah melebihi Baku mutu Hg air Golongan C sehingga kurang layak dimanfaatkan untuk perikanan (Anonim, 2003).
Dalam keseharian, pemakaian merkuri telah berkembang sangat luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan- peralatan elektris digunakan untuk alat-alat ukur dalam dunia pertanian dan keperluan yang lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri.
Merkuri telah dikenal sejak zaman Mesir kuno dan Romawi pada awalnya digunakan sebagai bahan pemisah emas dari batuan lain dalam proses pengolahan tambang. Merkuri telah digunakan untuk menambang emas selama berabad-abad karena racun tersebut harganya murah, mudah digunakan, dan relatif efisien. Namun dampak yang ditimbulkannya juga dapat dirasakan sampai berabad-abad kemudian. Merkuri merupakan suatu toksin yang bersifat kuat dapat merusak bayi dalam kandungan, sistem saraf pusat manusia, organ-organ reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Insiden besar yang diakibatkan oleh pencemaran mercuri terjadi di teluk minimata, jepang .
Diperkirakan 1.800 orang meninggal dunia karena memakan hasil laut dari perairan lokal yang tercemar merkuri (Arie, 2006). Ancaman kematian akibat bahan beracun itu semakin luas karena penggunaannya yang kini beragam. Merkuri juga digunakan untuk thermometer, bahan penambal gigi, juga baterai (Yun, 2004).
Pada industri manufaktur Vinilkhlorida di Jepang, merkuri digunakan sebagai katalis. Pemakaian merkuri pada industri tersebut telah mengakibatkan terjadinya pencemaran merkuri pada bidang perairan Teluk Minamata. Pada tahun
1960, untuk pertama kalinya dunia dihebohkan oleh suatu jenis penyakit kerapuhan pada tulang. Melalui pengujian-pengujian yang dilakukan, diketahui bahwa penyakit tersebut berawal dari keracunan logam berat merkuri yang masuk melalui ikan-ikan yang ditangkap di Perairan Teluk Minamata untuk dikonsumsi (Palar, 1994).
Gejala pencemaran merkuri juga mengintai Surabaya. Meurut Amsyari (2004), penelitian yang dilakukan tahun 2003 yang lalu menunjukkan kadar merkuri, arsen, cadmium, timbal dan tembaga di perairan sudah di atas ambang batas. Bahkan kandungan bahan kimia berbahaya ini juga terdapat pada ASI, rambut dan darah di tubuh masyarakat yang tinggal di pesisir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perairan di muara sungai Surabaya, tepatnya di Kenjeran telah tercemar. Kondisi ini juga berimbas pada kehidupan nelayan yang hasil tangkapan ikan di perairan Kenjeran terus menurun.
Terdapatnya mekuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama oleh kegiatan perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, klorin dan soda kaustik. Penyebab yang kedua oleh alam yaitu melalui proses pelapukan dan peletusan gunung berapi. Pencemaran merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan, karena masih dapat ditolelir oleh alam itu sendiri (Budiono, 2003).
Merkuri masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernapasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Merkuri yang masuk dalam tubuh organisme air tidak dapat dicerna, dan merkuri dapat larut dalam lemak. Logam yang larut dalam lemak mampu untuk melakukan penetrasi pada membran sel, sehingga akhirnya ion-ion logam merkuri akan menumpuk (terakumulasi) di dalam sel dan organ-organ lain. Akumulasi tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati) dan organ ekskresi (ginjal) (Palar, 1994).
Rand (1980) dalam Muhammad (2002), mengatakan bahwa salah satu jenis hewan yang direkomendasikan oleh EPA (Environmental Protection Agency) sebagai hewan uji adalah Cyprinus carpio L., karena ikan tersebut memenuhi persyaratan yaitu penyebarannya cukup luas, mempunyai nilai ekonomi yang menonjol, mudah dipelihara di laboratorium. Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas (seperti sungai, danau, dan teluk), ikan sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran logam berat masuk ke dalam tubuh ikan.
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh yang terletak pada bagian sirip dalam rongga peritoneal dan melingkupi viscera. Bentuk hati seperti huruf U dan berwarna merah kecoklatan (Anonim, 2004a). Hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap pengaruh zat kimia dan menjadi organ sasaran utama dari efek racun zat kimia (toksikan).
Hal ini disebabkan sebagian besar toksikan yang masuk ke dalam tubuh setelah diserap sel epitel usus halus akan dibawa ke hati oleh vena porta hati. Karena itulah organ hati sangat rentan terhadap pengaruh berbagai zat kimia dan merupakan organ tubuh yang sering mengalami kerusakan (Lu, 1995). Oleh sebab itu, penelitian mengenai kerusakan organ kritis khususnya hati ikan mas akibat Hg (merkuri) sangat penting untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang ditimbulkannya sebagai upaya mengkaji berbahayanya logam berat, dalam hal ini merkuri klorida terhadap kehidupan organisme perairan.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar