1.1 Latar Belakang
Anugerah Allah SWT yang tak ternilai harganya bagi manusia salah satunya adalah kecerdasan. Manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia dengan kecerdasan akal. Kecerdasan memungkinkan manusia maju dalam bersikap, berbuat, dan berkarya secara dinamis dan konstruktif. Beberapa kecerdasan tersebut antara lain: kecerdasan intelegensi, emosi, spiritual, linguistik, bodi kinestik, dan interpersonal, kecerdasan sosial seperti yang dikemukakan oleh Wahab (Sumber: Republika Online Collected By pasarmuslim.com). Perkembangan terakhir dalam seminar Multiple Intelligence di Denpasar diperoleh hasil penelitian Goleman, bahwa keberhasilan seseorang hanya 20% dipengaruhi Intelligence Quotient (IQ), 80% dipengaruhi Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ).
(http://www.mail-archive.com/ppiindia@yahoogroups.com/msg20773.html).
EQ tinggi diperlukan agar mampu mengendalikan diri sendiri dan orang lain, dengan mengutamakan kepentingan umum/ rakyat, daripada kepentingan perorangan dan golongan. Keberhasilan seseorang semata-mata tidak ditentukan oleh kecerdasan rasional yang diukur IQ, ada unsur lain yang harus diperhatikan yaitu Emotional Quotient (EQ). Unsur ini jauh lebih efektif menyokong kesuksesan dalam
hidup manusia. EQ sangat menekankan aspek emosional dalam diri manusia. Aspek ini memungkinkan orang menghidupkan segala talenta yang dimiliki serta mengembangkan afeksi secara wajar.
Kecerdasan emosi menggambarkan kemampuan seorang individu untuk mampu mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya. Perkembangan terakhir dalam bidang ilmu psikologi menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan emosi ini ternyata lebih penting bagi seorang individu daripada kecerdasan intelektualnya. Mengapa? Goleman (1999) menyebutkan bahwa: (1) EQ mempengaruhi prestasi anak
(2) EQ mempengaruhi perilaku anak
(3) EQ mempengaruhi penyesuaian sosial, konsep diri, kepribadian anak
(http://multiply.com/user/join?connect=jovandc)
Sumbangan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang paling berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa adalah mengarah, membimbing serta mengantar mereka menuju kepada bidang yang cocok dengan bakatnya. Adanya sumbangan sekolah sebagai lembaga pendidikan mengaktualisir segala potensi siswa sehingga diharapkan siswa puas dan berkompeten dalam pelbagai konteks kehidupan. Tujuan pengembangan kecerdasan emosional adalah agar manusia memiliki kompetensi emosional. Kompetensi emosional meliputi kompetensi individual dan sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan berelasi, berempati terhadap yang lain. Peranan EQ yang disoroti tidak berarti menggantikan peran IQ. EQ dan IQ tetap
dibutuhkan hanya proporsinya berbeda. (http://www.indomedia.com/poskup/2003/01/30/EDISI30/h04.htm).
Seorang siswa sebagai generasi penerus bangsa, sepatutnya mampu mengelola aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya secara baik. Usia siswa yang tergolong remaja berkisar antara 15-18 tahun. Masa remaja dikenal dengan masa storm dan stress, masa-masa terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan bervariasi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupannya sehari-hari (Mu’tadin, 2002: 1). Hurlock (2004: 207) menyatakan bahwa “masa remaja sebagai periode perubahan, yang salah satunya adalah meningginya emosi”.
Fenomena di SMA Kesatrian I Semarang khususnya pada kelas XI IPS, bahwa terdapat 4 siswa yang sering berselisih dengan teman, 9 siswa berperilaku kasar, 50 siswa suka berfoya-foya, 7 siswa bersikap individualis, 8 siswa tidak bisa berempati, 12 siswa belum mampu memecahkan masalahnya sendiri, 9 siswa bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas dan suka membolos, serta 12 siswa bersikap tidak saling menghormati antar sesama. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Siti Uswatun, salah satu mahasiswi Universitas Negeri Semarang tentang upaya meningkatkan kecerdasan emosional melalui layanan bimbingan kelompok. Adanya penelitian tersebut juga menunjukan bahwa kecerdasan emosional siswa di SMA Kesatrian I Semarang masih perlu ditingkatkan (belum optimal). Jika
perilaku demikian dibiarkan, dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kehidupan siswa tersebut di kemudian hari.
Agustian (2001: 199) menyatakan bahwa:
Tingkat IQ atau kecerdasan intelegen sebagian umumnya tetap, sedangkan EQ (kecerdasan emosional) dapat terus ditingkatkan. Dalam peningkatan inilah kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ, yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup. Apabila kemampuan murni kognitif relatif tidak berubah, kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, kikuk, atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2004: 14) “visi konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia”. Berdasarkan visi konseling, maka guna membantu perkembangan siswa dalam rangka pencegahan masalah tersebut, peneliti turut mengupayakan siswa agar meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan emosional.
Meningkatnya pemahaman siswa tentang kecerdasan emosional, diharapkan mampu mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional. Peneliti pun berupaya meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan emosional siswa melalui pemberian layanan informasi bidang bimbingan pribadi. Peneliti memilih menggunakan layanan informasi karena layanan informasi bertujuan membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar,
pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Sukardi (2003: 33) mengungkapkan bahwa “layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat”. Sedangkan alasan menggunakan bidang bimbingan pribadi adalah karena kecerdasan emosi berkaitan dengan pribadi siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2007: 43) tentang efektivitas layanan informasi karier dalam meningkatkan perencanaan karier siswa bahwa “layanan informasi karier efektif dalam meningkatkan perencanaan karier siswa”. Begitu juga dengan penelitian Widyastuti (2006: 29) tentang meminimalkan kenakalan remaja melalui layanan informasi bimbingan sosial bahwa “layanan informasi bimbingan sosial dapat meminimalkan kenakalan remaja”.
Peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman tentang Kecerdasan Emosional Melalui Layanan Informasi Bimbingan Pribadi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Kesatrian I Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009” dengan alasan untuk mengetahui sejauh mana layanan informasi bimbingan pribadi dapat meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan emosional pada siswa. Sedangkan alasan peneliti mengambil lokasi SMA Kesatrian I Semarang adalah karena lokasi tersebut merupakan lokasi praktikan memperoleh fenomena yang terkait dengan upaya meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan emosional siswa. Selain itu lokasi tersebut juga dekat dengan lokasi peneliti sehingga diharapkan memudahkan kegiatan penelitian.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar