BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah salah satu organisasi formal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, guna menjalankan program pendidikan bagi anak dengan tujuan dan aturan yang jelas untuk membina anak yang berkualitas sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Di dalam organisasi terjadi interaksi antar individu dengan pola komunikasi tertentu untuk bekerja sama menjalankan kegiatan guna mencapai tujuan. Trewarha dan Newport (Winardi, 2004: 53) menyajikan defenisi berikut tentang sebuah organisasi: ‘Sebuah organisasi dapat dinyatakan sebagai sebuah struktur sosial, yang didesain guna mengkoordinasi kegiatan dua orang atau lebih, melalui suatu pembagian kerja, dan hierarki otoritas, guna melaksanakan pencapaian tujuan umum’. Hubungan keorganisasian yang berkembang di sekolah menekankan pada sistem nilai dalam hubungan kepada antar manusia, keorganisasian, dan situasi yang dirasakan (iklim).
Sebagai suatu organisasi, sekolah memiliki unsur yang berfungsi dan saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Komponen- komponen tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru- guru, karyawan, supervisor dan siswa. Ada pula unsur sarana dan prasarana, termasuk fasilitas dan finansial sekolah, disamping komponen kurikulum pendidikan sebagai pedoman bagi proses pengajaran dan pembelajaran.
Level manajerial menengahi dan mengontrol usaha-usaha internal dari organisasi. Proses administrasi adalah fungsi-fungsi manajerial, sebuah proses yang secara kualitatif berbeda dari mengajar. Kepala sekolah adalah pegawai administrasi yang terbaik di sekolah. Mereka harus menemukan cara untuk membangun kesetiaan dan kepercayaan guru, memotivasi usaha guru, dan mengkoordinir kerja. Administrasi mengontrol dan melayani sub sistem teknis dalam dua cara penting: pertama, administrasi menengahi antara guru-guru dan yang menerima layanan-layanan yaitu, siswa-siswa dan orangtua; dan yang kedua, administrasi memperoleh sumber-sumber yang penting untuk mengajar yang efektif. Jadi, guru memerlukan sebuah perhatian dasar dari administrasi.
Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberikan wewenang yang luas untuk meningkatkan kinerja mengajar guru sehingga proses pembelajaran para pelajar dapat mencapai hasil yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Stanley Spanbauer ( Sallis, 2008: 174) bahwa:
Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain (guru dan staf) dalam mengembangkan karakteristik serupa. Sikap tersebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan dimana pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta.
Secara eksplisit dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana,
serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, (psiko)sosial dan budaya (Depdikbud, 1994). Dapat diartikan disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor, guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun tak langsung terhadap proses KBM.
Berdasarkan kutipan diatas maka dapat dilihat bahwa kemampuan seorang kepala sekolah dan iklim organisasi memiliki hubungan yang positif dan berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru. Sementara kenyataan yang penulis lihat dan temui dilapangan guru-guru SMP di Kabupaten Bangka selatan, bahwa kinerja mengajar guru menunjukkan gejala-gejala yang dialami guru sebagai berikut:
1) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam memilih dan mengembangkan bahan pengajaran;
2) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam hal menarik perhatian untuk memotivasi siswa dalam belajar;
3) Guru dilapangan masih banyak yang tidak memiliki persiapan dalam pengajaran (tidak membuat perangkat pembelajaran);
4) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan;
5) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam hal menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;
6) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam berinteraksi dengan siswa;
7) Guru sering kali tidak merangkum materi pelajaran dalam mengakhiri pembelajaran;
8) Guru dalam melaksanakan evaluasi hampir tidak pernah melakukan analisis soal yang akan diujikan.
Dalam hal Iklim organisasi, guru-guru SMP Negeri di Kabupaten Bangka Selatan dalam bekerja masih menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
1) Guru dilapangan masih menunjukkan kelemahan dalam memberikan kritikan terhadap sesama guru dan pada kepala sekolah;
2) Guru dilapangan masih banyak tidak menerima terhadap kritikan atau teguran dari guru lain dan teguran kepala sekolah;
3) Guru dilapangan menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap guru lain yang diberikan tugas oleh kepala sekolah;
4) Guru dan kepala sekolah dilapangan menunjukkan kelemahan dalam hal membangun kebersamaan apabila ada permasalahan yang membutuhkan pemecahan bersama;
5) Guru belum mempunyai kesamaan orientasi terhadap visi dan misi organisasi bahkan guru tidak tahu visi dan misi organisasi tempat dimana ia bekerja;
6) Guru tidak merasakan bahwa pekerjaan mereka adalah milik bersama.
Sementara dalam hal kemampuan manajerial kepala sekolah SMP Negeri di kabupaten Bangka Selatan menunjukkan adanya gejala-gejalasebagai berikut:
1) Kepala sekolah belum dapat memperlihatkan keteladanan dalam sikap dan tindakan;
2) Kepala sekolah belum dapat menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimilki dan dihadapi oleh sekolah;
3) Kepala sekolah belum mampu memberdayakan sumber daya sekolah;
4) Kepala sekolah belum mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif;
5) Kepala sekolah belum mampu memberikan pengarahan dan menggerakkan guru yang diberikan tugas olehnya;
6) Kepala sekolah belum mampu menyusun rencana dan program pengembangan sekolah;
7) Sebagian kepala sekolah belum berani mengambil keputusan dan tindakan untuk kemajuan sekolah kalau tanpa ada aturan-aturan yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud untuk mengkaji mengenai kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar