A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses tindakan bimbingan dan pertolongan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pendidikan mengusahakan pembinaan pribadi manusia sampai pada tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan dan sekaligus berguna bagi masyarakat. Maka kegiatan pendidikan yang benar adalah pembinaan kepribadian manusia untuk mampu membina hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan diri sendiri, serta sekaligus untuk kepentingan masyarakat, perilaku hubungan dngan keluarga, masyarakat, dan alam sekitar (Theo Riyanto, 2002:46)
Tanggungjawab pendidikan yang paling mendasar terutama adalah mempersiapkan perserta didik menjadi subyek yang makin berperan dalam menampilkan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional dalam bidangnya masing-masing.
Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Namun masih ada mayarakat yang menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk pula masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang diinginkan. Banyak orang tua kadang-kadang merasa cemas akan kemampuan guru-guru anak-anak mereka itu sewaktu menyaksikan anak-anak
mereka berangkat ke sekolah. Dan guru-guru, setelah beberapa bulan pertama mengajar, pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh-pengaruh terpendam mereka memiliki terhadap pembentukan akal budi siswa-siswa mereka. Sayang sekali kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk mengajar dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama (James Popham, Eva L. Baker, 2003:1)
Keprihatinan tentang pendidikan sudah sampai pada keadaan yang kompleks. Mulai dari keprihatinan terhadap mutu pendidikan, kurikulum, buku mata pelajaran, sistem ujian, birokrasi, biaya, administrasi yang tidak perlu sampai tentu saja sikap dan semangat para guru. Ada pendapat bahwa guru itu dibedakan menjadi tiga golongan. Pertama, guru yang sungguh pendidik, mereka tidak hanya mengajar sebagai tempat mencari nafkah belaka, tetapi sungguh sebagai tempat pengabdian untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kedua, guru yang pengajar, mereka sekedar memindahkan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki kepada para siswa, tidak berurusan dengan bagaimana kepribadian, watak dan perilaku siswa. Ketiga, guru yang menumpang hidup di dunia pendidikan, mereka bukan pendidik dan pengajar tetapi tukang yang hanya sungguh mencari makan di dunia pendidikan. Dan rasanya kelompok kedua dan ketiga ini yang semakin berkembang dimana-mana, sedangkan guru yang pendidik semakin berkurang (Theo Riyanto, 2002:1)
Golongan guru kedua dan ketiga ini kemungkinan besar diakibatkan banyak pendidik yang mengalami frustasi dan kecewa terhadap sistem pendidikan yang ada. Begitu banyak tuntutan administratif dan peran yang tidak berkaitan langsung dengan pendidikan, sehingga menyedot banyak perhatian dan tenaga yang mestinya hanya ditujukan pada bagaimana membantu peserta didik untuk tumbuhkembang secara optimal.
Pendidikan dan pengajaran yang efektif tidak hanya sekedar efektifnya proses pemindahan ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didik. Pengajaran tidak hanya sekedar memonitor peserta didik apakah mereka bertingkah laku seperti yang diajarkan pendidik atau tidak. Pendidikan yang efektif menuntut pendidik sebagai pribadi yang berfungsi penuh sedemikian sehingga mampu menciptakan relasi pribadi yang bersifat mendidik, sehingga peserta didik mampu menumbuhkembangkan dirinya secara utuh dan optimal.
Salah satu usaha guru dalam pengelolaan kelas adalah memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar oleh karena itu kelas harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh guru. Pengelolaan kelas sangat dibutuhkan oleh guru karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam dalam kelompok sebaliknya, di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik maka akan mudah terjadi suatu penyelewengan tindakan dalam kelas. Penyelewengan tersebut disebabkan oleh banyak hal seperti
kurangnya perhatian dan pengenalan, kurangnya ketegasan dalam disiplin, bosan, dan sebagainya.
Pengelolaan kelas dijalankan oleh seluruh SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara maka perlu diketahui bagaimana dan sejauh mana pelaksanaan pengelolaan kelas berbasis kompetensi telah dijalankan oleh guru-guru se- SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara.
Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Namun masih ada mayarakat yang menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk pula masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang diinginkan. Banyak orang tua kadang-kadang merasa cemas akan kemampuan guru-guru anak-anak mereka itu sewaktu menyaksikan anak-anak
mereka berangkat ke sekolah. Dan guru-guru, setelah beberapa bulan pertama mengajar, pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh-pengaruh terpendam mereka memiliki terhadap pembentukan akal budi siswa-siswa mereka. Sayang sekali kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk mengajar dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama (James Popham, Eva L. Baker, 2003:1)
Keprihatinan tentang pendidikan sudah sampai pada keadaan yang kompleks. Mulai dari keprihatinan terhadap mutu pendidikan, kurikulum, buku mata pelajaran, sistem ujian, birokrasi, biaya, administrasi yang tidak perlu sampai tentu saja sikap dan semangat para guru. Ada pendapat bahwa guru itu dibedakan menjadi tiga golongan. Pertama, guru yang sungguh pendidik, mereka tidak hanya mengajar sebagai tempat mencari nafkah belaka, tetapi sungguh sebagai tempat pengabdian untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kedua, guru yang pengajar, mereka sekedar memindahkan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki kepada para siswa, tidak berurusan dengan bagaimana kepribadian, watak dan perilaku siswa. Ketiga, guru yang menumpang hidup di dunia pendidikan, mereka bukan pendidik dan pengajar tetapi tukang yang hanya sungguh mencari makan di dunia pendidikan. Dan rasanya kelompok kedua dan ketiga ini yang semakin berkembang dimana-mana, sedangkan guru yang pendidik semakin berkurang (Theo Riyanto, 2002:1)
Golongan guru kedua dan ketiga ini kemungkinan besar diakibatkan banyak pendidik yang mengalami frustasi dan kecewa terhadap sistem pendidikan yang ada. Begitu banyak tuntutan administratif dan peran yang tidak berkaitan langsung dengan pendidikan, sehingga menyedot banyak perhatian dan tenaga yang mestinya hanya ditujukan pada bagaimana membantu peserta didik untuk tumbuhkembang secara optimal.
Pendidikan dan pengajaran yang efektif tidak hanya sekedar efektifnya proses pemindahan ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didik. Pengajaran tidak hanya sekedar memonitor peserta didik apakah mereka bertingkah laku seperti yang diajarkan pendidik atau tidak. Pendidikan yang efektif menuntut pendidik sebagai pribadi yang berfungsi penuh sedemikian sehingga mampu menciptakan relasi pribadi yang bersifat mendidik, sehingga peserta didik mampu menumbuhkembangkan dirinya secara utuh dan optimal.
Salah satu usaha guru dalam pengelolaan kelas adalah memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar oleh karena itu kelas harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh guru. Pengelolaan kelas sangat dibutuhkan oleh guru karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam dalam kelompok sebaliknya, di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik maka akan mudah terjadi suatu penyelewengan tindakan dalam kelas. Penyelewengan tersebut disebabkan oleh banyak hal seperti
kurangnya perhatian dan pengenalan, kurangnya ketegasan dalam disiplin, bosan, dan sebagainya.
Pengelolaan kelas dijalankan oleh seluruh SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara maka perlu diketahui bagaimana dan sejauh mana pelaksanaan pengelolaan kelas berbasis kompetensi telah dijalankan oleh guru-guru se- SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara.
Untuk itu “PENGELOLAAN KELAS GURU PENGETAHUAN SOSIAL DI SMP NEGERI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2005/2006” sangat diperlukan agar dapat diketahui sejauh mana tingkat pengelolaan kelas guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial di SMP Negeri Kabupaten Banjarnegara selanjutnya memberikan informasi pengelolaan kelas berbasis kompetensi para pendidik dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar