BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, mata pelajaran jasmani
beberapa kali berganti nama. Nama terakhir adalah Pendidikan Jasmani
tanpa ditambah kesehatan. Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan
perhatian terhadap kesehatan siswa. Kesehatan siswa tetap menjadi
perhatian utama, tetapi kesehatan siswa merupakan dampak dari pendidikan
jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih menegaskan bahwa mata pelajaran
ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk
tujuan pembelajarannya. (Depdikbud, 2003:2).
Melalui pendidikan jasmani diharapkan
kesehatan siswa tetap terjaga. Seorang siswa yang mempunyai tingkat
kesehatan jasmani yang baik akan dengan mudah melakukan aktivitas
belajar dengan lancar. Dengan demikian motivasi mengikuti pelajaran
akan meningkat karena jasmani yang baik.
Sedangkan motivasi itu sendiri menurut
Oemar Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi mendorong seseorang melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Disini motivasi
adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan
seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang memiliki
kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk
mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang
termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak
termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya
kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai
keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik,2005:108).
Hal ini dapat diketahui dari pengalaman
dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi
kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu
kadang-kadang menjadi masalah karena motivasi bukanlah suatu kondisi.
Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi
yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan
mencapai tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu,
siswa gagal dalam belajar. (Catharina, 2004:112).
Pada kenyataannya motif setiap orang
dalam belajar dapat berbeda satu sama lain. Ada siswa yang
rajin belajar karena ingin menambah ilmu pengetahuan, adapula
siswa yang belajar karena takut dimarahi oleh orang tua. Adanya
perbedaan motivasi tersebut dipengaruhi oleh motivasi instrinsik yang
muncul dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu diluar
dirinya. Dan motivasi ekstrinsik yang muncul dalam diri seseorang karena
adanya pengaruh dari luar seperti: guru, orang tua dan lingkungan
sekitar.
Seseorang yang motivasinya besar akan
menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan
tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan
bosan, jenuh apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang rendah motivasinya
akan terlihat acuh tak acuh, cepat bosan, mudah putus asa dan
berusaha menghindar dari kegiatan. Dalam kaitannya dengan kegiatan,
motivasi erat hubungannya dengan aktualisasi diri sehingga motivasi yang
paling mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi belajar
untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan saat pengalaman
di lapangan (PPL), pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang
paling ditunggu-tunggu oleh siswa. Hal ini dikarenakan siswa merasa
jenuh dan pikirannya sudah terlalu tegang akibat melakukan proses
belajar mengajar di kelas. Biasanya pelajaran yang dilakukan di dalam
kelas memerlukan konsentrasi yang tinggi, suatu perhatian serius akan
melelahkan siswa dalam berpikir, terutama mata pelajaran yang eksak
seperti: matematika, fisika, kimia, dan biologi.
Tentunya mata pelajaran ini banyak
memeras pikiran didalam memahaminya sehingga ketika akan ganti pelajaran
pendidikan jasmani siswa ingin rasanya bel pergantian pelajaran
cepat-cepat berbunyi. Sewaktu bel pergantian pelajaran berbunyi maka
siswa merasa senang, secara tidak langsung siswanya langsung mengganti
pakaiannya dengan pakaian olahraga dan langsung menuju ke lapangan.
Siswa akhirnya melampiaskan kejenuhannya kedalam pelajaran penjas
akibatnya mereka antusias dalam mengikuti pelajaran penjas.
Dalam hal ini siswa termotivasi
mengikuti pelajaran penjas tentunya disebabkan oleh beberapa banyak
faktor diantaranya: yang pastinya pendidikan jasmani merupakan masuk
dalam kurikulum kelas XI SMA sebagai syarat untuk naik kelas yang
tercantum dalam nilai rapot. Ada yang ingin mendapat nilai plus, ada
yang ingin menjaga kesehatan badan, ada juga yang menyalurkan hobinya
sehingga ingin menjadi seorang atlet. Seseorang melakukan
aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-fakor, kebutuhan
biologis, insting dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain
serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. (Sardiman A. M,
2006:77).
Faktor lain ini terlihat dari setiap
bertemu dengan guru penjasnya, siswa selalu menanyakan materi pelajaran
penjas apa yang nantinya akan disampaikan oleh guru penjasnya. Dan
biasanya siswa meminta materi permainan bola voli dikarenakan siswa
kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Semarang banyak yang dari atlet bola
voli. Setiap materi permainan bola voli mereka begitu
termotivasi mengikuti pelajaran penjas begitu juga dengan materi penjas
lainnya seperti: bola basket, atletik, dan senam. Jika masih ada waktu
jam pelajaran yang tersisa akan diisi permainan bola voli oleh guru
penjasnya. Didalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik
instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. (Sardiman A.
M, 2006:91).
Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Semarang
terletak di jalan Tentara Pelajar no. 91 Semarang tepat di pinggir
jalan raya sehingga lokasinya mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.
Sekolah ini hanya memiliki satu tenaga guru penjas dan itupun mengampu
tiga kelas yaitu kelas X, XI, XII. Didukung dengan guru penjas yang
basiknya dibola voli dan sarana dan prasarana bola yang memadahi
akhirnya sekolah ini sering menjuarai dikejuaraan bola voli antar
SMA di Semarang. Sedangkan sekolah ini terdiri dari kelas X, XI,
XII. Berhubung kelas yang tersedia hanya 8 kelas dan sedang lagi tahap
pembangunan untuk 4 kelas berikutnya, maka kelas X dan XII berangkatnya
pagi sedangkan yang kelas XI berangkatnya siang jam 12.30 WIB bergantian
dengan kelas XII. Sedangkan jam pelajaran pendidikan jasmani
dilaksanakan pada sore hari jam 15.30-17.30 WIB itu untuk 4
jam pelajaran, hal tentunya menjadikan suasana menjadi lebih teduh
dibandingkan dengan olahraga dipagi hari semakin lama
semakin panas. Keadaan ini menguntungkan bagi siswa-siswa kelas XI
SMA Muhammadiyah 1 Semarang dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan antusias. Motivasi
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal
(Oemar Hamalik, 2005:108).
Akan tetapi sekolah SMA Muhammadiyah
sendiri memiliki sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Halaman
yang sempit menjadikan sekolah tidak mempunyai lapangan bola voli,
sepak bola maupun bola basket. Kalau ada lapangan bola basket
hanya setengahnya itupun tidak ada garisnya dan sekaligus tempat itu
dijadikan sebagai tempat parkir sepada motor. Ketika pelajaran penjas
rawan bagi keselamatan siswa selain itu bolanya juga bisa mengenahi
sepeda motor yang berada disitu. Ada lapangan olahraga yang letaknya
jauh dari sekolah dan untuk menempuh kesana dengan berjalan memakan
waktu sekitar 10 menit. Hal ini mengakibatkan jam pelajaran penjas
menjadi berkurang 20 menit pulang pergi perjalanan ke lapangan.
Lapangan itu juga digunakan oleh 4 sampai 5 sekolah sehingga
sering penuh lapangannya.
Melihat kondisi fisik sekolah yang
sedemikian rupa tentunya siswa dituntut untuk lebih berperan aktif
dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani salah satunya adalah
dengan memiliki motivasi dalam belajar, khususnya pelajaran
pendidikan jasmani. Motivasi disini memiliki peranan yang begitu penting
yaitu: dapat menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan
hasil akhir serta mengarahkan kegiatan belajar siswa. Dengan
motivasi siswa dapat terdorong perilakunya untuk mencapai tujuan
hasil belajar yang ingin dicapai.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
ingin meneliti seberapa tinggi faktor- faktor yang mempengaruhi
motivasi siswa kelas XI dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di
SMA Muhammadiyah 1 Semarang.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar