PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
pokok masalah yang dihadapi bangsa Indonesia
untuk memasuki era globalisasi adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang
relatif rendah yang dicermati dari pemilikan latar pendidikannya. Peningkatan
kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak, terlebih dalam suasana krisis
multidimensi yang terjadi saat ini.
Masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi persaingan
bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas
sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini para pelaku pembangunan pendidikan
berupaya untuk menaikkan derajat mutu pendidikan bangsa Indonesia agar dapat bersaing
dalam pasar tenaga kerja yang berkualitas dengan menyesuaikan pembangunan
pendidikan itu sendiri.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan
kebudayaan manusia yang dinamis. Perkembangan dan perubahan terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti menghasilkan sesuatu
yang lebih baik. Mutu pendidikan erat berkaitan dengan proses pelaksanaan
pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga
kependidikan, proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta lingkungan
sekolah dan manajemen sekolah itu sendiri.
Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tujuan untuk
menyiapkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki kemampuan
kerja dalam bidang industri sesuai dengan bidang kompetensi masing-masing. Tenaga
kerja yang dihasilkan diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Beberapa upaya perbaikan mutu
telah ditempuh oleh pemerintah, akan tetapi keberadaan SMK dalam menyiapkan
tenaga kerja masih dipandang sebelah mata oleh pihak industri. Hal ini terkait
oleh mutu dan kesiapan kerja siswa yang kurang terpenuhi untuk bekerja. Setiap
lulusan SMK memang disiapkan untuk menjadi sumber daya manusia yang siap pakai.
Artinya ketika mereka telah menyelesaikan sekolahnya, lulusan SMK tersebut
dapat menerapkan ilmu yang telah mereka dapat sewaktu di sekolah.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah
satunya seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan,
penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjamin kualitas pendidikan
serta peran serta masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan
tersebut dibuat untuk menghasilkan pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan
berkualitas di sektor jenjang pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih
dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan
pendidikan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk
pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8
(delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggraaan pendidikan.
Kecerobohan siswa dalam melaksanakan kegiatan
praktikum seringkali memicu terjadinya kecelakaan dalam praktik. Kecelakaan dalam
praktik tidak hanya berdampak pada siswa saja, tetapi peralatan yang digunakan
juga banyak yang rusak. Guru pembimbing yang sering meninggalkan saat praktikum
menyebabkan siswa banyak yang berkeliaran, bermain-main dan bersenda gurau
dengan teman-temannya, maka siswa lupa apa yang seharusnya dikerjakan. Kecelakaan
dalam praktik juga dipengaruhi oleh kelalaian siswa yang mengindahkan aspek
keselamatan kerja. Keselamatan kerja menurut suma’mur (1981: 1) diutinjau
secara praktis adalah keselamatan yang ada kaitanya dengan mesin, tempat kerja
dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari kesehatan dan
keselamaan kerja adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat
yang terbebas dari berbagai kecelakaan, peledakan, kebakarandan penyakit akibat
kerja (A. Tasliman : 1991: 7). Dengan demikian tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat, kematian sebagai
akibat dari kecelakaan kerja.
A Tasliman (1991: 8) mengemukakan dua faktor yang
menyebabkan kecelakaan kerja yaitu: 1) faktor kesalahan manusia (human error) misalnya tidak adanya
kemampuan fisik dan mental, kelalaian, hilangnya konsentrasi pada saat kerja
dan sikap mental yang kurang baik. 2) faktor lingkungan kerja, lingkungan kerja
yang kurang aman dimana keadaan tempatnya membahayakan dan memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian maka perlu diadakan pembenahan pada aspek-aspek kesehatan
dan keselamatan kerja di sekolah. Melalui mata pelajaran kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) siswa diajarkan untuk menerapkan keselamatan dalam
praktik. Penerapan K3 yang efektif maka akan meminimalisir terjadinya
kecelakaan dalam kerja/praktik.
Masyarakat berharap sangat besar terhadap dunia
pendidikan sebagai tempat penyiapan tenaga kerja produktif yang nantinya mampu
bekerja memenuhi tuntutan pasar kerja. Sementara itu permasalahan yang dihadapi
dunia kerja terletak pada kenyataan bahwa sangat sulit untuk dapat memperoleh
tenaga kerja yang berkualitas tinggi yaitu tenaga kerja ahli, terampil dan
beretos kerja tinggi. Kenyataan yang terjadi pada SMK hingga sekarang adalah
adanya kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kesenjangan berupa
kemampuan lulusan yang belum sesuai dengan standar kualifikasi dunia kerja.
Dunia industri membuka lebar bagi siswa SMK untuk
melakukan praktik industri. Pengalaman praktik industri dapat menambah wawasan
dan pengatahuan yang luas bagi siswa. Terkadang siswa tidak aktif untuk
bertanya pada pembimbingnya sehingga pengetahuan yang didapat selama praktik
industri dirasa kurang. Masalah lain yang muncul adalah sebagian besar siswa
melakukan praktik industri yang tidak sesuai bidang kompetensinya sehingga
siswa akan kesulitan dalam mencari informasi di industri. Menurut Helmut Nolker
(2005: 11), kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja,
belajar dapat terjadi diruang kelas, laboraturium, bengkel dan pabrik. Dengan
demikian belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.
Berkaitan dengan belajar yang dilakukan di luar
sekolah, Helmut Nolker (2005: 11) mengatakan bahwa pengalaman
yang diperoleh siswa di luar sekolah, disamping akan membantu proses belajar mengajar, juga dapat digunakan untuk menguji
ketrampilan dan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah. Selain itu belajar
langsung didunia kerja akan lebih menguntungkan, karena disamping siswa menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan yang didapat di sekolah, siswa juga dapat mengenal
keadaan yang sesungguhnya di dunia kerja. Pada saatnya nanti siswa akan lebih
siap untuk terjun ke dunia kerja. Menurut Herminarto Sofyan (1989: 17) yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan akan efektif jika siswa
diberikan tempat yang sesuai dengan tempat kerja nanti, diberikan latihan
tentang alat-alat dan mesin-mesin yang sesuai dengan pekerjaanya agar bisa
mengenal kondisi dimana mereka dihadapkan pada tuntutan kerja. Hal ini juga
dikemukakan oleh I Ketut Mahisa (1997:12) bahwa untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pendidikan kejuruan para siswa perleu memperoleh pengalaman
langsung pada dunia kerja, sehingga siswa setelah lulus akan terbiasa dalam
kehidupan yang seungguhnya.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil suatu belajar pada pendidikan kejuruan akan lebih baik jika siswa
dihadapkan langsung pada alat-alat maupun kondisi yang sesungguhnya yang sesuai
dengan tuntutan dunia kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman-pengalaman baru tentang
hal-hal yang berhubungan dengan dunia kerja melaui kegiatan praktik kerja
industri di industri maupun pada dunia
usaha lain yang dikenal dengan Praktik Industri.
Kesiapan kerja
terbentuk dari tiga aspek yang mendukung, yaitu: aspek penguasaan pengetahuan,
penguasaan sikap kerja, dan aspek penguasaan keterampilan kerja yang dimiliki
siswa SMK. Di samping ketiga aspek tersebut, keberhasilan seseorang dalam
usahannya (pekerjaannya), juga didukung oleh kecintaan terhadap pekerjaan. Noto
Widigno (Buntoro, 1999), mengatakan bahwa kepuasan kerja baru akan timbul hanya
jika seseorang benar-benar mencintai pekerjaannya. Pendapat ini juga dikuatkan
oleh Suma’mur (1984), yang
menyatakan bahwa seseorang yang mencintai pekerjaannya akan bekerja dengan
tekun, penuh semangat, dan selalu gembira.
Dari permasalahan yang dipaparkan diatas, maka menarik
untuk dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran K3 dan
Pengalaman Praktik Industri terhadap Kesiapan Kerja pada Siswa Kelas XII SMK
Muda Patria Kalasan”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar