Menurut Goleman ( 2002 : 44 ) kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan , bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori ini sesuai dengan judul penelitian dengan memberikandifinisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relative baru dibandingkan IQ , namun beberapa penilaian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting IQ . Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi ( to manage life with intelegensi ) menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya ( the appropri ateness o f emotion and its expression ) melalui ketrampilan kecerdasan pengendalian diri , empati dan ketrampilan sosial .
Binet dalam buku Winkel ( 1997 : 529 ) hakekat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan obyektif.
Kenyataan dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan intelegensinyan relative rendah , dapat meraih prestasi belajar yang relative tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu – satunya factor yaqng menentukan keberhasilan seseorang , karena ada factor lain yang mempengaruhi .
Goleman ( 2000 : 44 ) Kecerdasan intelektual ( IQ ) hanya menyumbang 20 % bagi kesusesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan factor – factor kekuatan – kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau emotional quenent ( EQ ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri , mengatasi frustasi , mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati ( mood ), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
Galeman ( 2002 : 512 ) Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi ( to manage our emotional life with intelligence ); menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya ( the appropriateness of emotional and ist expression ) melalui ketrampilan kecerdasan diri , pengendalian diri, motivasi diri, empati dcan ketrampilan social.
Khusus pada orang- orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akdemis yang tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralaasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekpresikan kesalahan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya maka orang – orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat – sifatnya di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kodisi lingkungan dan cenderung putus asa bila menmgalami stress. Kondisi sebalinya dialami oleh orang – orang yang memiliki taraf IQ rata – rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Pada awal abad ke 21 pemanfaatan ilmu pengetahuan alam dan matematika berkembang sangat pesat. Kemajuan dan perkembangan suatu bangsa dan juga setiap manusia tergantung paqda pendidikanyang berperan sentral dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan alam serta pengembangan selanjutnya.
Reformasi sistem pendidikan yang ada mengakibatkan pendekatan-pendekatan komprehensif yang disesuaikan dengan budaya dan nilai-nilai yang dianut masyarakatnya. Contoh sukses dari sebuah pendekatan menyeluruh dalam hal reformasi pembelajaran IPA dapat dijumpai di Indonesia. Pendekatan ini disebut (Science Education Quality Improvement Project ) SEQIP, yang merupakan kerja sama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Jerman.
Pendekatan pembaruan ini mengaplikasikan strategi multilevel dengan sejumlah intervensi yang dilakukan secara simultan di tingkat sekolah dan lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan utama mencakup pelatihan bagi pihak-pihak terkait pada setiap tingkatan dalam system pendidikan dasar serta penyediaan peralatan eksperimen, buku panduan, dan buku pelajaran. Implementasi proyek ini dilaksanakan dalam skala besar dan melibatkan sekitar 33.000 sekolah di 17 provinsi di Indonesia.
Sistem pengawasan ekstensif dikembangkan untuk mengukur hasil-hasil pelatihan pada tingkatan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menentukan pemanfaatan materi-materi yang tersedia,menelusuri perubahan dalam metodologi pembelajaran dan yang terpenting untuk mengukur pencapaian belajar para siswa. Inovasi yang diperkenalkan dalam proses belajar ditindaklanjuti dalam sebuah sistem evaluasi pencapaian yang lebih menekankan pada pemahaman daripada pengetahuan factual. Skema pengamatan kegiatan belajar-mengajar di kelas diperkenalkan untuk membuktikan besarnya inovasi di kelas.
Implementasi pendekatan pembaruan ini menghasilkan perubahan mendasar dalam pembelajaran IPA,yaitu dari pendekatan tradisional yang berfokus pada guru menjadi pendekatan yang berfokus pada siswa dan berorientasi pada aktifitas. Untuk menjamin kesinambungan perubahan dan peningkatan yang telah dicapai, maka dikembangkan progam pelatihan untuk institusi-institusi pelatihan guru baik pre-service. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Education Management Information System /Emis ) dibentuk pada tingkat kabupaten.
SEQIP merupakan pendekatan yang ditujukan untuk perbaikan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sejumlah komponen dikembangkan dengan berfokus pada penerapan konsep ( learning by doing ) Metode pembelajaran menekankan partisifasi aktif siswa dikelas dari pada pendekatan didaktis dimana para siswa hanya menerima imformasi secara pasif. Dengan cara ini para siswa mempelajari konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan alam secara lebih aktif melalui pengalaman pribadi.
Para siswa akan belajar untuk mempercayai kemampuan mereka sendiri untuk mengenali dan menjelaskan dampak dan penomena alam bila mereka dibimbing untuk memjformulasikan dan menguji hipotesa serta meningkatkan ketrampilan dalam mengemukakan pendapat pribadi.
Kenyataan dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan intelegensinyan relative rendah , dapat meraih prestasi belajar yang relative tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu – satunya factor yaqng menentukan keberhasilan seseorang , karena ada factor lain yang mempengaruhi .
Goleman ( 2000 : 44 ) Kecerdasan intelektual ( IQ ) hanya menyumbang 20 % bagi kesusesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan factor – factor kekuatan – kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau emotional quenent ( EQ ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri , mengatasi frustasi , mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati ( mood ), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
Galeman ( 2002 : 512 ) Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi ( to manage our emotional life with intelligence ); menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya ( the appropriateness of emotional and ist expression ) melalui ketrampilan kecerdasan diri , pengendalian diri, motivasi diri, empati dcan ketrampilan social.
Khusus pada orang- orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akdemis yang tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralaasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekpresikan kesalahan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya maka orang – orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat – sifatnya di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kodisi lingkungan dan cenderung putus asa bila menmgalami stress. Kondisi sebalinya dialami oleh orang – orang yang memiliki taraf IQ rata – rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Pada awal abad ke 21 pemanfaatan ilmu pengetahuan alam dan matematika berkembang sangat pesat. Kemajuan dan perkembangan suatu bangsa dan juga setiap manusia tergantung paqda pendidikanyang berperan sentral dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan alam serta pengembangan selanjutnya.
Reformasi sistem pendidikan yang ada mengakibatkan pendekatan-pendekatan komprehensif yang disesuaikan dengan budaya dan nilai-nilai yang dianut masyarakatnya. Contoh sukses dari sebuah pendekatan menyeluruh dalam hal reformasi pembelajaran IPA dapat dijumpai di Indonesia. Pendekatan ini disebut (Science Education Quality Improvement Project ) SEQIP, yang merupakan kerja sama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Jerman.
Pendekatan pembaruan ini mengaplikasikan strategi multilevel dengan sejumlah intervensi yang dilakukan secara simultan di tingkat sekolah dan lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan utama mencakup pelatihan bagi pihak-pihak terkait pada setiap tingkatan dalam system pendidikan dasar serta penyediaan peralatan eksperimen, buku panduan, dan buku pelajaran. Implementasi proyek ini dilaksanakan dalam skala besar dan melibatkan sekitar 33.000 sekolah di 17 provinsi di Indonesia.
Sistem pengawasan ekstensif dikembangkan untuk mengukur hasil-hasil pelatihan pada tingkatan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menentukan pemanfaatan materi-materi yang tersedia,menelusuri perubahan dalam metodologi pembelajaran dan yang terpenting untuk mengukur pencapaian belajar para siswa. Inovasi yang diperkenalkan dalam proses belajar ditindaklanjuti dalam sebuah sistem evaluasi pencapaian yang lebih menekankan pada pemahaman daripada pengetahuan factual. Skema pengamatan kegiatan belajar-mengajar di kelas diperkenalkan untuk membuktikan besarnya inovasi di kelas.
Implementasi pendekatan pembaruan ini menghasilkan perubahan mendasar dalam pembelajaran IPA,yaitu dari pendekatan tradisional yang berfokus pada guru menjadi pendekatan yang berfokus pada siswa dan berorientasi pada aktifitas. Untuk menjamin kesinambungan perubahan dan peningkatan yang telah dicapai, maka dikembangkan progam pelatihan untuk institusi-institusi pelatihan guru baik pre-service. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Education Management Information System /Emis ) dibentuk pada tingkat kabupaten.
SEQIP merupakan pendekatan yang ditujukan untuk perbaikan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sejumlah komponen dikembangkan dengan berfokus pada penerapan konsep ( learning by doing ) Metode pembelajaran menekankan partisifasi aktif siswa dikelas dari pada pendekatan didaktis dimana para siswa hanya menerima imformasi secara pasif. Dengan cara ini para siswa mempelajari konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan alam secara lebih aktif melalui pengalaman pribadi.
Para siswa akan belajar untuk mempercayai kemampuan mereka sendiri untuk mengenali dan menjelaskan dampak dan penomena alam bila mereka dibimbing untuk memjformulasikan dan menguji hipotesa serta meningkatkan ketrampilan dalam mengemukakan pendapat pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar