Tesis Pendidikan

Tesis pendidikan merupakan sebuah laporan riset yang sama dengan esai dan makalah, tetapi masuk ke dalam jauh lebih detail. 

Biasanya merupakan laporan ilmiah. Ini menjadi cara yang hebat untuk menguji seberapa baik yang bisa dilakukan oleh mahasiswa, terutama mahasiswa pascasarjana.
Menulis tesis pendidikan nyatanya bukan hal yang mudah. Dibutuhkan kerja keras dan tekad kuat yang harus benar-benar ditanamkan sejak awal. Bisa jadi, untuk urusan judul saja kita sudah dibuat pusing. Kita harus bolak balik mengganti dengan berbagai alasan.

Dalam membuat tesis pendidikan, dibutuhkan referensi yang cukup. Semakin banyak referensi yang kita baca, semakin bertambah pengetahuan kita.
Dengan melakukan diskusi yang intens dengan pembimbing, maka kita bisa mendapatkan pencerahan dalam mengerjakan tesis. Setidaknya, pemikiran kita tentang apa yang akan kita tulis untuk tesis bisa diterima.

Tesis pendidikan yang benar tentu saja memerlukan pemikiran yang benar-benar mendalam. Ada hal penting yang harus menjadi prioritas adalah kita harus berpikir bahwa tesis yang kita buat berdasarkan azas manfaat. Apakah berguna bagi dunia pendidikan, memberikan manfaat bagi banyak orang, atau tidak. 

Jangan sampai tesis yang kita buat tidak bermanfaat apa-apa, baik untuk diri kita, apalagi untuk orang lain. Idealnya, dalam membuat tesis, kita bisa membantu memecahkan permasalahan yang ada.

Langkah awal menulis tesis pendidikan harus dimulai dengan garis besar, termasuk judul bab, sub-judul, dan tabel/grafik. Biarkan garis besar ini menjadi panduan untuk menulis tesis. 

Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Permainan Cipta Lagu Dalam Pembelajaran Seni Budaya Di Smp Nasima Semarang (P-120)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembelajaran seni budaya mengembangkan semua bentuk aktifitas cita rasa keindahan yang meliputi kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan apresiasi dalam bahasa, rupa, bunyi, gerak, tutur dan peran. Sedangkan tujuan pendidikan seni untuk mengembangkan sikap toleransi, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan ketrampilan dan menerapkan teknologi dalam berkarya dan menampilkan karya seni rupa, seni musik, tari dan peran, dan menanamkan pemahaman tentang dasar-dasar dalam berkesenian (Sujadmiko,2004:26 )

Seiring dengan program KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama untuk memenuhi kebutuhan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo,
2003:5). Berkaitan dengan KTSP tersebut sekolah perlu mencari program- program yang sesuai di lembaganya, dan guru punya wewenang yang penuh untuk pengembangan dirinya termasuk SDMnya.

Perbedaan Hasil Belajar Antara Pendekatan Kontekstual Dengan Konvensional Pada Sub Konsep Keanekaragaman Hewan Di Kelas Vii Smp Negeri I Sragen Tahun Ajaran 2005/2006 (P-119)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa akan datang. Pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan dan suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju ke arah kedewasaan. Proses pembelajaran di lingkungan sekolah (pendidikan formal) melibatkan berbagai komponen. Jika salah satu komponen tidak terpenuhi maka proses pembelajaran kurang berhasil. 

Dalam proses pembelajaran biologi melibatkan banyak unsur yang saling berikatan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes dan lingkungan. Guru dan siswa merupakan subjek pendidikan yang sangat menentukan dalam konteks pengembangan di sekolah. Sebaik apapun kurikulum, jika motivasi guru dan siswa kurang memadai maka proses pembelajaran seperti yang diharapkan tidak akan terjadi.

Pendugaan Hubungan Antara Kurang Gizi Pada Balita Dengan Kurang Energi Protein Ringan Dan Sedang Di Wilayah Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2005 (P-118)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara sedang berkembang adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia zat Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA). Penyakit kekurangan gizi banyak ditemui pada masyarakat golongan rentan, yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kurang gizi dan juga kekurangan zat makanan (Syahmien Moehji, 2003:7). Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktor-faktor lain menentukan kebutuhan masing-masing orang akan zat gizi. Anak balita (bawah lima tahun) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering dan sangat rawan menderita akibat kekurangan gizi yaitu KEP.

Kesiapan Guru Fisika Smp Dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2006/2007 (P-117)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perwujudan masyarakat yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidik yang sekaligus juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Tanggung jawab terfokus pada upaya mempersiapkan peserta didik yang mempunyai keunggulan, kreatifitas, mandiri, dan professional dalam bidangnya masing- masing. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan ini terus menerus dilakukan oleh pemerintah guna memenuhi tanggung jawab tersebut.


Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kurikulum. Seperti yang telah dilakukan pemerintah saat ini yaitu memperbaiki Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya kurikulum ditentukan oleh guru (tenaga kependidikan). Guru turut serta menyusun kurikulum, duduk dalam suatu panitia pengembang kurikulum, atau memberikan masukan kepada panitia pengembang kurikulum (Hamalik, 2005: 64).

Survei Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Kelas Xi Dalam Mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 (P-116)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, mata pelajaran jasmani beberapa kali berganti nama. Nama terakhir adalah Pendidikan Jasmani tanpa ditambah kesehatan. Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan perhatian terhadap kesehatan siswa. Kesehatan siswa tetap menjadi perhatian utama, tetapi kesehatan siswa merupakan dampak dari pendidikan jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk tujuan pembelajarannya. (Depdikbud, 2003:2).
 
Melalui pendidikan jasmani diharapkan kesehatan siswa tetap terjaga. Seorang siswa yang mempunyai tingkat kesehatan jasmani yang baik akan dengan mudah melakukan aktivitas belajar dengan lancar. Dengan demikian motivasi mengikuti pelajaran akan meningkat karena jasmani yang baik.
Sedangkan motivasi itu sendiri menurut Oemar Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
 
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar Hamalik,2005:108).

Pengaruh Modal Kerja Dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pada Industri Kecil Pengrajin Genting Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan (P-115)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai usaha meningkatkan pendapatan individu pada umumnya dan masyarakat daerah Wirosari pada khususnya, penduduk di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah berusaha menciptakan lapangan kerja sendiri, yaitu dengan mendirikan industri kecil genting. Keberadaan industri kecil genting tersebut merupakan salah satu potensi yang memiliki peran yang strategis didalam memajukan roda perekonomian suatu bangsa.
 
Dalam kegiatan usahanya sebagian besar penduduk di Desa karangasem Kecamatan Wirosari adalah di sektor pertanian, baik sebagai buruh maupun sebagai petani. Karena hasil di sektor pertanian belum mencukupi kebutuhan hidup dan guna menambah pendapatan, maka mulailah mencari pekerjaan tambahan yaitu pada industri genting. Industri genting tersebut mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan bagi penduduk setempat dan sekitarnya.
Cara Seo Blogger

Kumpulan Tesis dan Skripsi Pendidikan Headline Animator

Anda ingin download daftar judul tesis dan skripsi terbaru dan lengkap silahkan klik download

Like Ya

×